Air Terjun Jatiluwih

Air Terjun  di Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Penebel, Tabanan

Hamparan sawah yang indah ini berlokasi di daerah penebel, tabanan, bali. Jatiluwih ini berada diketinggian 700 meter diatas permukaan laut yang berdekatan dengan gunung batukaru sehingga udara disana sangat sejuk. Persawahan di Jatiluwih ini dibuat secara berundak (bertingkat). Daerah persawahan ini memiliki luas 636 hektar. Sistem pengairan sawahnya menggunakan sistem pengairan subak, yaitu sistem irigasi yang berbasis masyarakat.
Dalam subak tersebut memiliki pura yang dibangun khusus untuk dewi kemakmuran dan dewi kesuburan. Keelokan sawah berteras Jatiluwih ini telah dinominasikan masuk dalam daftar UNESCO World Heritage sebagai warisan budaya dunia. Jatiluwih sebagai objek wisata alam sudah dikenal sejak kekuasaan Belanda Bali pada tahun 1910-1942.

Jatiluwih ini berasal dari kata “jati” dan “luwih” yang artinya “benar-benar indah”. Disana juga terdapar permainan air yang bisa dinikmati. salah satunya adalah air terjun yang ada di banjar gunung sari umah kayu, desa jatiluwih. untuk mencapai air terjun harus melalui jalan setapak dan berliku yang ditempuh kira-kira selama 20 menit


berikut adalah foto air terjun tersembunyi yang ada di desa jatiluwih




Semoga kedepannya tempat wisata air terjun ini dapat dikelola dengan baik seperti mempermudah akses ke tempat ini dan pemberian rute untuk menuju lokasi air terjun ini

Ngaben Masal

Ngaben masal diadakan pada tanggal....

Badan Pengelola Daya Tarik Wisata Jatiluwih


Berikut ini adalah struktur organisasi badan pengelola daya tarik wisata desa Jatiluwih :




Subak

Dengan panorama alam yang masih alami maka wisatawan sangat terkesan sekali dengan apa yang ada di Desa Jatiluwih karena jauh  dari polusi udara dan riuh rendah bunyi kendaraan serta sangat sejuk. Suasana alam yang sejuk nan alami serta air pegunungan yang bersih sangat cocok untuk pengembangan Wisata Alam. Air pegunungan yang ada digunakan untuk air minum dan sebagai sumber air pertanian yang diorganisir dengan sistem irigasi yang disebut Subak. Yang mana subak Desa Jatiluwih dipimpin oleh seorang Pekaseh dan untuk subak dipimpin oleh Kelian Subak. Untuk Subak di Desa Jatiluwih ada 7 subak.

Disamping Subak basah di Desa Jatiluwih juga terdapat Subak Abian yang terdiri dari 2 (dua) Subak Abian yakni : Subak Abian Jatiluwih dan Subak Abian Gunungsari. Dari pantauan letak geografis Desa Jatiluwih dan keadaan alam yang agraris maka masyarakat yang ada mayoritas hidup sebagai petani sawah dan kebun. Sistem bercocok tanam yang ada untuk daerah pertanian (sawah) dalam 1 (satu) tahun pola tanam ada 2 (dua) kali tanam dengan tetap melestarikan tradisi menanam padi lokal (padi bali) yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali dan ke Desa Jatiluwih pada khususnya. Cara pengolahan lahan pertanian yang masih tradisonal yakni menggunakan sapi atau kerbau untuk membajak sawah serta alat bajak tradisional. Panen dengan cara tradisional pula yaitu menggunakan ani-ani sebagai sarana utama. Dalam kegiatan pengolahan lahan, penanaman dan panen masih dengan pola gotong royong. Dari Desa Jatiluwih kita akan dapat melihat hamparan sawah yang sangat luas serta pegunungan yang sangat hijau dengan hutan yang lebat. Wisatawan yang datang ke Desa Jatiluwih juga sangat terkesan dengan keramah tamahan penduduk yang ada, sehingga para wisatawan merasa sangat nyaman bila mereka berjalan-jalan di lingkungan desa dan obyek lainnya. Seperti tampak pada gambar disamping hal inilah salah satu tradisi yang ada di Desa Jatiluwih yang membawa daya tersendiri bagi wisatawan. Inilah gambaran tradisi yang ada dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Jatiluwih. Para pengunjung merasa sangat terkesan dengan apa yang disajikan oleh alam Desa Jatiluwih yang merupakan barometernya padi lokal (beras merah) yang ada. Setelah panen dilakukan, maka akan diikat secara tradisional pula tapi memiliki kekhasan tersendiri dan tidak mudah dilakukan oleh setiap orang  tradisi panen pada umumnya dilakukan oleh para wanita tani.



Jogging Track

Jogging Track Desa Jatiluwih

Jogging track di desa Jatiluwih memiliki panjang lintasan kurang lebih sekitar 3 km dan memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan berjalan kaki untuk mencapai ujung lintasan tersebut. Lintasan pada jogging track di desa Jatiluwih dapat menghubungkan antara desa Jatiluwih dengan Pura Besi Kalung. Jogging track ini dapat dilalui oleh wisatawan domestik dan wisatawan asing yang menikmati pemandangan sawah terasering di desa Jatiluwih.





Profil Desa Jatiluwih

Pemerintahan

Desa Jatiluwih berada dalam ruang lingkup Kecamatan Penebel.Desa dengan jarak tempuh  ± 30 menit dari kota Kecamatan sekitar 14 km dan Kabupaten dengan jarak tempuh ± 50 menit atau sekitar 26 km memiliki luas wilayah sekitar  33,22 km2. Batas – batas Desa Jatiluwih meliputi : Utara : Hutan Negara, Selatan : Desa Babahan, Timur : Desa Senganan, Barat : Desa Wongaya Gede. Dari segi pemerintahan, Desa Jatiluwih terbagi atas 8 Banjar Dinas yaitu: Br. Dinas Kesambi, Br. Dinas Kesambahan Kaja, Br. Dinas Kesambahan Kelod, Br. Dinas Jatiluwih Kangin, Br. Dinas Jatiluwih Kawan, Br. Dinas Gunungsari Desa, Br. Dinas Gunungsari Umakayu,  Br. Dinas Gunungsari Kelod
Untuk mengetahui Sejarah suatu tempat dapat diketahui melalui berbagai bentuk peninggalan seperti lontar-lontar, prasasti atau cerita-cerita yang dapat dipercaya kebenarannya. Didalam menentukan sejarah Desa Jatiluwih sepenuhnya bersumber pada cerita-cerita orang tua yang dapat dipercaya kebenarannya.

Konon ceritanya nama JATILUWIH berasal dari kata  JATON dan  LUWIH. Jaton artinya Jimat, sedangkan LUWIH  artinya bagus. Bertitik tolak dari arti kata tersebut maka Desa Jatiluiwih berarti sebuah Desa yang mempunyai Jimat yang benar-benar bagus atau berwasiat.
Sumber lain ada yang menceritakan bahwa di tengah Desa ada kuburan binatang purba yakni seekor burung Jatayu. Dari kata Jatayu ini lama kelamaan mengalami perubahan bunyi menjadi JATON AYU yang berarti Luwih atau Bagus. Jadi JATON AYU  sama dengan Jatiluwih. Demikianlah akhirnya kata Jatiluwih sejak dulu ditetapkan menjadi nama Desa dan sampai saat ini belum pernah mengalami perubahan.

Oleh karena Desa Jatiluwih sudah dikenal sebagai suatu Desa yang mempunyai jimat yang benar-benar bagus/berwasiat, yang dapat dibuktikan dengan adanya hasil-hasil yang cukup memenuhi kebutuhan hidup bagi semua para pendatang dan terjaminnya keselamatan selama mengembangkan kehidupan bertani.

Maka pada jaman yang lampau banyaklah Brahmana, Kesatria, Wesia dan Sudra dari Daerah Tabanan yang berkunjung ke Desa Jatiluwih dengan harapan memohon keselamatan golongannya masing-masing. Akhirnya mereka itulah yang mendirikan Pura-Pura yang ada sekarang di Desa Jatiluwih seperti Pura Luhur Petali, Pura Luhur Bhujangga, Pura Rshi, Pura Taksu dan lain-lain.
Mengenai penduduknya menurut cerita para Leluhur masyarakat Desa Jatiluwih, semuanya merupakan orang-orang pelarian dari berbagai daerah, beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :

Pada waktu Patih I Dewa Agung Putu Maruti yang memerintah di Puri Kaleran Karangasem melakukan penyerbuan ke Klungkung, maka keadaan disana menjadi kacau. Oleh karena kekacauan inilah banyak rakyatnya yang melarikan diri mencari tempat yang dianggap aman. Diantara rombongan pelarian itu yang berasal dari Kusamba melarikan diri sampai ke Kaki Bukit Batukaru. Ditempat ini mereka mendirikan perkampungan yang mereka namakan Kesambahan. Sampai saat ini ada salah satu  Banjar yang bernama Kesambahan. Kata Kesambahan berasal dari kata Sambeh (Bahasa Bali) yang berarti terpencar. Jadi oleh karena pendatang di Kaki Gunung Batukaru adalah pencaran dari Kusamba wilayah Kabupaten Klungkung, maka tempat tinggal pendatang itu dinamakan Kesambahan.

Pada saat Bendesa Buduk yang bernama Pasek Tohjiwa dikalahkan oleh Raja Mengwi, maka beberapa rakyatnya tidak mau tunduk kepada Raja Mengwi. Mereka pergi mengasingkan diri ke kaki Bukit Batukaru, mereka ini menempati berbagai Desa. Salah satu rombongannya yang paling besar menetap di Desa Jatiluwih. Memang benar sampai saat ini kebanyakan penduduk Desa Jatiluwih adalah warga Pasek Buduk. Ada lagi rombongan yang berasal dari Singaraja, yaitu dari Desa Gobleg. Salah seorang Pasek Gobleg kena fitnah dan diancam akan dibunuh atau dihukum mati oleh Raja Buleleng. Mungkin karena ketakutan, mereka bersama anak-anaknya melarikan diri sampai ke Desa Jatiluwih dan menetap disana sampai sekarang.

Berdasarkan uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penduduk Desa Jatiluwih sebagian besar nenek moyangnya merupakan orang-orang pelarian yang tidak mau tunduk pada perintah orang-orang yang dianggap musuhnya. Akhirnya setelah mereka mempunyai tempat tinggal yang tetap, maka mulailah dilakukan kegiatan membuka areal perkebunan dan persawahan. Demikian sejarah singkat mengenai Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

Saat ini penduduk desa Jatiluwih berjumlah  2.680,orang atau sekitar 812 KK. Saat ini fasilitas yang ada di desa Jatiluwih antara lain 1 buah lapangan desa, dengan 3 Sekolah Dasar yang tersebar di beberapa dusun.

Kondisi Geografis

Dari segi geografis, Desa Jatiluwih merupakan daerah pertanian dengan petani padi sebagai mayoritas selain itu, daerah ini juga menghasilkan tanaman kebun lainnya seperti sayuran, kelapa, kopi, pisang dll. Selain itu, saat ini dimasyarakat juga telah terbentuk kelompok – kelompok tani yang pada akhirnya akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat seperti kelompok tani ikan, kelompok ternak, dll.

Kondisi Demografi

Dari segi kependudukan, jenis pekerjaan masyarakat masih didominasi  sebagai petani dan buruh, karena sarana pendukungnya adalah lahan pertanian yang sangat luas dan sangat bagus sehingga bisa menarik tamu – tamu dari mancanegara.

Religi, Budaya, dan Kesenian

Dari faktor religi mayoritas masyarakat Desa Jatiluwih beragama Hindu. Dari segi budaya yang ada di di Desa Jatiluwih adalah ada tradisi dalam prosesi pengabenan misalnya di Desa Jatiluwih yang terdiri dari 2 Desa Pakraman yakni Desa Pakraman Jatiluwih dan Desa Pakraman Gunungsari tidak ada prosesi membakar mayat tetapi dikubur saja ini dikuatkan dengan kepercayaan masyarakat tidak membakar mayat karena tidak jauh dari wilayah desa terdapat beberapa Pura besar dan termasuk sungsungan jagat. Terdapat juga sebuah/beberapa Pura diantaranya : Pura Luhur Pucak Petali, Pura Luhur Bhujangga Waisnawa, Pura Rsi, Pura Luhur Sri Rambut Sedana, Pura Batu Madeg, Pura Sanghyang Meling, Pura Batur dan Tri Kayangan.

Dari segi kesenian beberapa tempat di Desa Jatiluwih memiliki kelompok kesenian.sebutlah kemudian, dusun Kesambahan Kaja yang memiliki kelompok kesenian joged bungbung dengan nama Dharma Susila, yang selama ini juga pernah tampil pada event-event wisata.kelompok kesenian joged bungbung ini berdiri pada tahun 2009 dengan jumlah 35 anggota sekaa. Awal munculnya kesenian ini adalah sebagai sarana dalam kegiatan keagamaan disamping itu juga dipergunakan sebagai sarana hiburan dan daya tarik wisata.

Potensi Wisata

Dengan panorama alam yang masih alami maka wisatawan sangat terkesan sekali dengan apa yang ada di Desa Jatiluwih karena jauh  dari polusi udara dan riuh rendah bunyi kendaraan serta sangat sejuk. Suasana alam yang sejuk nan alami serta air pegunungan yang bersih sangat cocok untuk pengembangan Wisata Alam. Air pegunungan yang ada digunakan untuk air minum dan sebagai sumber air pertanian yang diorganisir dengan sistem irigasi yang disebut Subak. Yang mana subak Desa Jatiluwih dipimpin oleh seorang Pekaseh dan untuk subak dipimpin oleh Kelian Subak. Untuk Subak di Desa Jatiluwih ada 7 subak.

Disamping Subak basah di Desa Jatiluwih juga terdapat Subak Abian yang terdiri dari 2 (dua) Subak Abian yakni : Subak Abian Jatiluwih dan Subak Abian Gunungsari. Dari pantauan letak geografis Desa Jatiluwih dan keadaan alam yang agraris maka masyarakat yang ada mayoritas hidup sebagai petani sawah dan kebun. Sistem bercocok tanam yang ada untuk daerah pertanian (sawah) dalam 1 (satu) tahun pola tanam ada 2 (dua) kali tanam dengan tetap melestarikan tradisi menanam padi lokal (padi bali) yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali dan ke Desa Jatiluwih pada khususnya. Cara pengolahan lahan pertanian yang masih tradisonal yakni menggunakan sapi atau kerbau untuk membajak sawah serta alat bajak tradisional. Panen dengan cara tradisional pula yaitu menggunakan ani-ani sebagai sarana utama. Dalam kegiatan pengolahan lahan, penanaman dan panen masih dengan pola gotong royong. Dari Desa Jatiluwih kita akan dapat melihat hamparan sawah yang sangat luas serta pegunungan yang sangat hijau dengan hutan yang lebat. Wisatawan yang datang ke Desa Jatiluwih juga sangat terkesan dengan keramah tamahan penduduk yang ada, sehingga para wisatawan merasa sangat nyaman bila mereka berjalan-jalan di lingkungan desa dan obyek lainnya. Seperti tampak pada gambar disamping hal inilah salah satu tradisi yang ada di Desa Jatiluwih yang membawa daya tersendiri bagi wisatawan. Inilah gambaran tradisi yang ada dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Jatiluwih. Para pengunjung merasa sangat terkesan dengan apa yang disajikan oleh alam Desa Jatiluwih yang merupakan barometernya padi lokal (beras merah) yang ada. Setelah panen dilakukan, maka akan diikat secara tradisional pula tapi memiliki kekhasan tersendiri dan tidak mudah dilakukan oleh setiap orang  tradisi panen pada umumnya dilakukan oleh para wanita tani.

Seperti pada gambar yang tampak beginilah model ikatan-ikatan padi lokal yang baru habis dipanen. Selanjutnya proses pengeringan yang dilakukan dibawah terik matahari dalam jangka waktu kira-kira 7 hari dalam cuaca normal. Setelah kering maka akan diangkut ke rumah masing-masing untuk disimpan dalam sebuah lumbung untuk jangka waktu tertentu. Selanjutnya akan diupacarai sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah semua proses bersangkutan selesai maka dalam jangka waktu tertentu baru mulai bisa menurunkan padi dari lumbung dan diproses menjadi beras untuk dapat dikonsumsi sehari-hari.
Inilah bangunan penyimpanan padi yang ada di Desa Jatiluwih pada khususnya dan di Bali pada umumnya, dan merupakan daya tarik wisata. Dimana bangunan ini terbuat dari kayu dan beratapkan ilalang dan bisa menyimpan padi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang panjang sebagai stock pangan petani dalam kurun waktu menunggu musim panen berikutnya.
Sektor lain yang menjadi daya tarik wisata adalah keberadaan tempat-tempat suci atau Pura yang merupakan bangunan suci umat Hindu, yang mana prosesi upacara dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan. Sebagai ungkapan syukur terhadap Ida Sanghyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) atas segala karuniaNya.

Hal lain yang menarik perhatian para wisata adalah faktor keamanan Desa Jatiluwih, yang relative aman dan kondusif. Karena semua unsur  terlibat dalam pengamanan desa seperti Perbekel selaku pengelola Obyek melibatkan Bendesa Pakraman, Hansip, serta Pecalang (sebutan satuan pengamanan Desa Adat di Bali).  Potensi Wisata Obyek Wisata Jatiluwih Berbasis Tri Hita Karana Desa Jatiluwih sebagai salah satu obyek wisata yang ada di Kabupaten Tabanan, memiliki beragam wisata yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.

Adapun potensi wisata yang dimiliki Desa Jatiluwih, yaitu :

Segi Parhyangan Upacara yang terkait dengan aktivitas petani di sawah, yaitu :

Upacara Mapag Toya, yaitu upacara menjemput air ke sumber mata air. Upacara ini diikuti  oleh seluruh anggota subak dan dilakukan pada Sasih Ketiga atau sekitar bulan September.
Kempelan, yaitu kegiatan membuka saluran air ke sumber aliran air di hulu subak, selanjutnya air mengaliri sawah (bulan September) Upacara Ngendag Tanah Carik, yaitu upacara memohon keselamatan kepada Tuhan saat membajak tanah sawah dan dilakukan oleh masing-masing anggota subak prosesi ini masih pada Sasih Ketiga (bulan September).

Upacara Ngurit, yaitu upacara pembibitan yang dilakukan oleh semua anggota subak pada masing-masing tanah garapannya. Ngurit dilakukan pada Sasih Kelima (sekitar bulan Nopember).

Upacara Ngerasakin, yaitu upacara membersihkan kotoan (leteh) yang tertinggal ketika melakukan pembajakan sawah dan dilakukan setelah pembajakan selesai di masing-masing tanah garapan pada awal Sasih Kepitu (awal bulan Januari).

Upacara Pangawiwit (Nuwasen), yaitu upacara mencari hari baik untuk mulai menanam padi yang dilakukan sekitar Sasih Kepitu (awal bulan Januari).

Upacara Ngekambuhin, yaitu upacara meminta keselamatan anak padi yang baru tumbuh yang dilakukan pada saat padi berumur 42 hari pada Sasih Kewulu (bulan Pebruari).

Upacara Pamungkah, yaitu upacara memohon keselamatan agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik. Upacara ini dilakukan pada Sasih Kawulu (bulan Pebruari).

Upacara Penyepian, yaitu upacara memohon keselamatan agar tanaman padi terhindar dari hama/penyakit dan dilakukan Sasih Kesanga sekitar bulan Maret.

Pengerestitian Nyegara Gunung, yaitu melaksanakan upacara nyegara gunung yang dilakukan di Pura Luhur Petali dan Pura Luhur Pekendungan (bulan Maret/April).

Upacara Mesaba, yaitu upacara sebelum panen yang dilakukan pada Sasih Kedasa (bulan April) oleh anggota subak disawahnya masing-masing.

Ngadegang Batari Sri (batara Nini), yaitu upacara secara simbolis memvisualisasikan Beliau sebagai Lingga-Yoni.

Upacara nganyarin, yaitu upacara mulai panen yang dilakukan pada Sasih Sada (bulan Juni) oleh anggota subak pada masing-masing sawahnya.

Manyi, yaitu kegiatan memanen padi (bulan Juli).

Upacara Mantenin, yaitu upacara menaikkan padi ke lumbung atau upacara menyimpan padi di lumbung yang dilaksanakan pada Sasih Karo (bulan Agustus).

Segi Pawongan Aktifitas di Sawah

Berbagai macam kegiatan petani di sawah dapat menjadi obyek dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Apalagi setiap kegiatan tersebut masih mempergunakan cara-cara tradisional seperti meliputi : mencangkul di sawah, Nampadin (membersihkan pematang sawah), Ngelampit (membajak sawah), Melasah (meratakan tanah sawah), Nandur (menanam padi).

Segi Palemahan

Sawah berterassering, Perkebunan, Hutan Pegunungan, Trekking, Cycling. Selain itu juga sudah terdapat sarana pendukung pariwisata yaitu terdapat beberapa tempat penginapan /Pondok Wisata dengan nama “Galang Kangin In’’ dengan nama pengelola I Wayan Miora,dan disamping itu juga terdapat tempat /warung makan yang khas Jatiluwih, dan juga disamping itu terdapat pula Cafe yang menyediakan makanan khas Jatiluwih dengan bahan dasar Beras Merah, yang jam berkunjungnya dari jam 08.00 – 17.00 Wita.

Demikanlah sekilas tentang profil Desa Jatiluwih,Kecamatan Penebel,Kabupaten Tabanan.

Visi dan Misi Desa Jatiluwih

Penyusunan Visi Desa Jatiluwih dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di desa seperti Pemerintah Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat desa dan masyarakat desa pada umumnya. Sebagaimana penyusunan visi, misi pun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Jatiluwih.

VISI
Dengan pertimbangan potensi dan kebutuhan dominan masyarakat desa serta kondisi eksternal di desa, yang mempunyai titik berat di sektor Pariwisata, maka Desa Jatiluwih tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu:
“TERWUJUDNYA DESA JATILUWIH YANG ASRI , (AMAN, SEJAHTERA, RELIGIUS, DAN INDAH ) DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN TRI HITA KARANA DALAM MENUJU DESA WISATA AGRO.”

MISI
Sebagaimana proses yang dilakukan maka misi disusun sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembangunan lebih detail, misi desa Jatiluwih adalah :
Mewujudkan Desa Jatiluwih yang Asri, melalui peningkatan sumber daya manusia, pengembangan kepariwisataan, pelestarian lingkungan yang berpegang teguh pada Tri Hita Karana.
Mewujudkan Desa Jatiluwih yang Aman Sejahtera, melalui pengembangan sektor pertanian dalam arti luas yaitu dalam sektor pertanian, perkebunan, perternakan, dan kehutanan yang merupakan mata pencaharian masyarakat Desa Jatiluwih. Mewujudkan Desa Jatiluwih yang Religius dan Indah, melalui penataan tempat – tempat ibadah. Mewujudkan Desa Jatiluwih yang menuju kedalam Desa Wisata Agro. Demikianlah sekilas tentang Visi dan Misi Desa Jatiluwih.
Alamat Desa Jatiluwih yaitu Jalan : Jatiluwih – Penebel No 202 No Tlp : 7470374, dengan dipimpin oleh Perbekel/Kepala Desa :  I Nengah Wirata,ST. No Tlp : 081 339 553099.

sumber : situs resmi pemerintah tabanan

Pura Luhur Sri Rambut Sedana

Pura Luhur Sri Rambut Sedana


Pura Luhur Sri Rambut Sedana, terletak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Pura yang terletak di kawasan hutan lindung di lereng Gunung Batukaru ini masih sangat alami. hanya terdapat beberapa pelinggih pemujaan, yang sebagian besar masuh berupa babturan atau tahta batu, yang diyakini merupakan peninggalan tradisi megalitik di jaman perundagian.

Pura yang luasnya kurang lebih 8 are ini, merupakan salah satu stana Ida Btara Rambut Sedana. Dewa Kesejahteraan. Karenanya diyakini bahwa dengan bersembahyang di pura ini, seseorang akan dimudahkan rejeki dan kesejahteraannya.



View Pura Luhur Sri Rambut Sedana in a larger map